MODUL 12

Kampanye dan Aksi Iklim: Merancang Kampanye Offline yang Efektif, Aman dan Etis

Khalisah Khalid

Penulis

LATAR BELAKANG

Isu perubahan iklim atau saat ini sebagian besar organisasi lingkungan hidup dan atau komunitas peduli lingkungan hidup menyebutkan sebagai krisis iklim menjadi tantangan bagi masyarakat global, tak terkecuali di Indonesia yang memiliki kekhususan, karena selain negara terdampak karena kerentanannya, Indonesia juga merupakan salah satu negara penyumbang emisi besar yang bersumber setidaknya dari alih fungsi lahan dan deforestasi dan trend ke depan akan meningkat dari sektor energi.

Bukan hanya terkait dengan isu lingkungan hidup, krisis iklim juga memiliki dampak yang begitu luas terhadap kehidupan masyarakat Indonesia yang khususnya berada di wilayahwilayah yang rentan dengan dampak perubahan iklim seperti di pesisir dan pulau-pulau kecil, dan kelompok marjinal. Krisis air, krisis pangan, penyakit, bencana hidrometeorologi dan dampak-dampak turunannya dari bencana iklim intensitasnya akan semakin banyak dan masif.

Namun sayangnya, dari populasi penduduk Indonesia yang begitu banyak. Kesadaran akan krisis iklim dan dampaknya belum banyak diketahui dan bahkan dipahami. Bukan hanya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bahkan tidak sedikit pejabat publik yang memahami secara baik isu perubahan iklim ini, termasuk akar masalah yang menyebabkan perubahan iklim, yang tidak lepas dari sistem ekonomi dan kebijakan pembangunan yang ekstraktif dan mengabaikan keberlanjutan alam. Karena itulah kampanye atau aksi-aksi iklim menjadi penting untuk dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil, lintas sektor.

Mungkin sudah banyak organisasi masyarakat sipil dan komunitas yang menyuarakan krisis iklim dalam beberapa tahun belakangan. Ini bisa dilihat dengan munculnya kesadaran terhadap masa depan bumi dari ancaman krisis iklim dari ujung timur hingga barat Indonesia. Namun kita juga merasakan tantangan ini semakin berat dan berbagai kebijakan ekonomi dan pembangunan global dan nasional, justru semakin mengkhawatirkan dan akan semakin memperparah krisis iklim.

Artinya menjadi penting bagi kita untuk memikirkan kembali bagaimana merancang kampanye aksi iklim yang efektif, aman dan etis. Agar tujuan dari kampanye yang kita lakukan dapat berhasil dan pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan.

Pada bagian ini secara khusus akan membahas kampanye atau aksi iklim yang dilakukan secara offline. Namun yang penting untuk diingat bahwa ada keterbatasan dalam kampanye offline yang sulit menjangkau public luas dalam waktu yang singkat. Kekuatan teknologi dapat digunakan untuk mendukung kampanye offline ini. Kampanye atau aksi iklim yang dilakukan secara offline, dapat diperluas gaungnya dan mendapatkan dukungan yang lebih besar, jika didukung oleh kampanye digital yang strategis. 

TUJUAN
  • Peserta memahami pentingnya kampanye dan tujuan aksi iklim
  • Peserta memahami bagaimana merancang sebuah kampanye iklim secara offline yang efektif, aman dan etis
POKOK BAHASAN
  1. Menemukan isu iklim yang akan dikampanyekan
  2. Kampanye atau aksi iklim offline yang efektif, aman dan etis
OUTPUT
  1. Adanya isu-isu iklim yang relate dengan peserta
  2. Design kampanye iklim offline yang efektif, aman dan etis
METODE
  1. Diskusi kelompok
  2. Bermain peran
  3. Presentasi
  4. Brainstorming
RINCIAN WAKTU

90 menit.

Durasi Materi Metode Catatan
20 Menit Perkenalan Menggambar diri Peserta menggambar dirinya dan aksi offline yang pernah diikuti. Sesi pertama, selain perkenalan peserta, juga memperkenalkan modul, tujuan dan output
5 Sesi berbagi dari peserta Sharing dari salah satu kelompok kecil. Ini adalah ajang latihan bagi peserta. Kelompok telah dibagi. Topik berbagi akan diusahakan sesuai tema, tetapi ada risiko beda tema.
25 Menit Penjelasan tentang kampanye iklim yang efektif, aman dan etis Pemutaran video dan presentasi
30 Menit Diskusi kelompok Peserta mengeksplor pengalamannya yang terkait dengan krisis iklim secara bergantian, dan merancang kampanye iklim
20 Menit Presentasi dari hasil diskusi kelompok Bermain drama
5 Menit Brainstorming Refleksi dan feedback
PERALATAN
  1. Proyektor
  2. Sound system
  3. Metaplan
  4. Plano
  5. Spidol besar dan kecil beragam warna
  6. Sticky notes
  7. Selotip kertas
  8. Karton
  9. Perlengkapan kosmetik/cat yang aman untuk wajah
LANGKAH-LANGKAH
Persiapan
  • Persiapan materi yang akan dipresentasikan
  • Persiapan video yang akan diputar
  • Persiapan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan
Perkenalan Modul (15 menit)

Sesi pertama, selain perkenalan peserta, juga memperkenalkan modul, tujuan dan output yang diharapkan

Sesi berbagi dari peserta (5 menit)

Kelompok peserta yang mendapat giliran akan berbagi masalah atau pengalaman mereka

Penjelasan Kampanye Iklim (25 menit)

Sebelum kita membahas bagaimana merancang kampanye offline yang kreatif, efektif dan aman, ada baiknya kita tahu pengertian dan tujuan dari kampanye. Menurut KBBI, kampanye adalah gerakan atau tindakan serentak untuk melawan, mengadakan aksi dan sebagainya.

Secara garis besar, kampanye dapat dibagi pada dua bagian, yakni kampanye bersifat merespons atau sebagai reaksi atas sebuah peristiwa atau kejadian, yang dikenal dengan (campaign by momentum), dan kampanye yang memang secara khusus dirancang untuk mencapai tujuan dari kampanye atau dikenal dengan campaign by design. Sebelum era teknologi dan digital menguat dan menjadi salah satu metode aksi atau kampanye, kampanye offline sesungguhnya jauh lebih dulu digunakan oleh masyarakat sipil dalam menyerukan aksi iklim dan penyelamatan lingkungan hidup.

Mungkin ada pertanyaan, pada saat kapan kita menentukan apakah memilih metode kampanye/aksi offline atau online? Kita bisa merumuskan parameter untuk menentukan pilihan aksi, dan tentu saja parameter ini bersifat kondisional. Parameter tersebut antara lain (1) besarnya isu dan dampaknya, (2) target, (3) persiapan teknis dan keamanan. Pada perkembangannya saat ini, kita dapat menggunakan pilihan kampanye offline, online dan atau menggabungkan keduanya. Namun biasanya sebagian besar jika terkait dengan situasi politik dan kebijakan politik yang dinilai berdampak besar bagi masyarakat dan dibutuhkan tekanan politik yang kuat dari seluruh elemen masyarakat, maka aksi offline menjadi pilihan utama yang dilakukan dan biasanya dilakukan melalui aksi massa. Sebagai contoh, aksi massa merespon pelemahan KPK dan demokrasi, maka seluruh elemen masyarakat turun ke jalan, yang kita kenal dengan gerakan Reformasi Dikorupsi.

Kampanye/Aksi yang efektif ini bukan hanya sekedar kita melakukan aksi, tetapi aksi tersebut berdampak.

Secara umum, tujuan dari kampanye iklim setidaknya untuk:

  1. Membangun kesadaran masyarakat (public awareness).
    Bagaimana melalui kampanye, kita dapat mengubah persepsi, sudut pandang (perspektif) dan tindakan masyarakat (publik), dari tingkat individu, perubahan secara kolektif, dan mendukung kampanye yang kita lakukan dan bahkan menjadi bagian dari kampanye atau aksi iklim, dan pada akhirnya kesadaran kolektif tersebut dapat menjadi pressure group untuk membuat perubahan pada kebijakan struktural.
  2. Mengubah/mempengaruhi kebijakan negara baik yang berada di bawah kewenangan pemerintah, maupun produk UU yang diproduksi oleh parlemen, yang bertentangan dengan komitmen iklim. Biasanya terkait hal ini, aksi bertujuan mendesak pemerintah
    untuk mengatasi krisis iklim secara serius dan ambisius melalui kebijakan dan menjalan kebijakan tersebut secara konsisten.
  3. Mengubah praktik atau perilaku aktor lain yang terkait dengan isu atau kasus yang kita kampanyekan. Misalnya pada isu lingkungan hidup, salah satu tujuan kampanye adalah mempengaruhi bisnis dan korporasi. Mengapa bisnis dan korporasi perlu diintervensi? Isu krisis iklim adalah persoalan global yang terkait dengan pasar dan komoditas global yang berkontribusi besar pada sumber emisi gas rumah kaca, intervensi terhadap rantai pasok menjadi penting untuk dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Secara umum tujuan dari kampanye iklim bisa berbeda, namun jangan dilupakan bahwa ketiga tujuan kampanye tersebut justru bisa kita dapat capai ketiganya, dengan metode yang bahkan bisa dilakukan secara bersamaan (paralel) dan atau bisa secara bertahap. Kita dapat merumuskan theory of change dari tujuan kampanye krisis iklim ini.Itulah mengapa kampanye/aksi bisa disebutkan juga sebagai bagian dari upaya advokasi. Aksi iklim global di kelompok muda ditunjukkan oleh seorang pelajar bernama Greta Thunberg. Dari aksi sendirian, aksi ini kemudian menjadi inspirasi jutaan anak muda di dunia untuk melakukan aksi mendesak komitmen iklim pemimpin negara, dan kemudian menjadi gerakan besar Global Climate Strike.

I. Kampanye yang Kreatif dan Efektif

Yang paling basic dari kegiatan kampanye sesungguhnya adalah komunikasi. Bagaimana mengkomunikasikan isu krisis iklim dan gagasan penyelamatan bumi dari ancaman krisis iklim yang ada di kepala kita atau yang organisasi, dikomunikasikan kepada pihak lain melalui kampanye. Bukan hanya sekedar kampanye! Lalu seperti apa kampanye atau aksi iklim yang kita lakukan efektif? Namun diketahui oleh orang lain saja tidaklah cukup, karena pada akhirnya kampanye haruslah impact full dan mempengaruhi target kampanye kita, sehingga
tujuan dari kampanye kita dapat tercapai. Bersama-sama menahan suhu bumi di bawah 1,5 derajat celcius.

1. Mengenali Target dan Tujuan Kampanye

Target kampanye menjadi penting untuk kita lihat dan analisa di awal sebelum kita merancang kampanye. Mengingat krisis iklim memiliki dimensi kebijakan ekonomi dan politik, maka tujuan dari kampanye harus bisa menyasar pada 3 aspek yakni di tingkat masyarakat, pemerintah dan non state actor, tentu saja dengan pesan, tujuan dan ajakan call to action yang berbedabeda. Kampanye iklim dengan target korporasi yang dinilai menjadi berkontribusi dan menghasilkan emisi dari deforestasi dapat dilakukan melalui kampanye internasional seperti ini Contoh kampanye dengan tujuan intervensi sector bisnis dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=QrtREzw2w8I

Khusus kampanye kepada publik, kita bisa lebih menspesifikkan kampanye kita. Usia, gender, wilayah (perdesaan/perkotaan), haruslah dilihat dalam pendekatan atau kemasan kampanye yang berbeda, dan narasi apa yang akan digunakan.

keterangan foto: kampanye/aksi perlindungan laut
kredit foto: Tri Yuliantoro/Greenpeace (2019)
https://drive.google.com/drive/folders/1ldkVBSimZJsBnOFBwWmfDd5VQQ2MeIYS

Sebagai contoh: Dari hasil studi tentang persepsi anak muda perkotaan terhadap isu hutan yang dilakukan oleh Communication for Change menyebutkan kecenderungan kelompok muda di perkotaan adalah menyentuh perasaannya (emosionalnya) dan itu terkait dengan pride atau kebanggaan dan identitas, namun sekaligus kekhawatirannya. Kita bisa mulai kampanye penyelamatan hutan dari data-data dimana Indonesia sebagai negara dengan hutan alam ketiga terluas di dunia, salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Namun semuanya kebanggaan tentang Indonesia yang indah akan hilang, karena penghancuran lingkungan dan krisis iklim, dan kampanye kita untuk mengajak anak muda menyelamatkan bumi dari ancaman krisis iklim. Kita bisa membaca kecenderungan kelompok yang ingin kita libatkan dalam kampanye ini/aksi yang ingin kita rancang.

2. Isu Krisis Iklim yang terhubung dengan publik

Perbincangan terkait dengan krisis iklim di Indonesia harus diakui memang belum lama berkembang. Salah satunya karena selama ini kampanye terkait dengan krisis iklim lebih banyak didominasi hal-hal yang bersifat scientific dan teknis, sehingga isu krisis iklim seolaholah sebagai persoalan yang “jauh” dari publik.

Jika kita ingin mendapatkan dukungan yang lebih luas dari publik, maka isu yang dikampanyekan harus relate atau terhubung dengan keseharian publik atau dirasakan oleh publik. Mungkin sebagian besar publik Indonesia terutama di tingkat tapak seperti petani dan nelayan tidak mengetahui apa itu krisis iklim. Tetapi jika kita mendekatkan isu krisis iklim dengan dampak yang terjadi seperti musim yang sulit diprediksi dan bencana iklim berakibat pada gagal panen dan sulitnya nelayan melaut dalam kampanye, akan bisa membuat isu ini “nyata”. Kampanye yang menghubungkan krisis iklim dengan krisis air dan pangan bisa menjadi pintu masuk untuk mengajak publik secara luas memahami persoalan iklim ini. Krisis iklim juga berdampak pada ekonomi perempuan. Seperti usaha ekonomi yang digerakkan oleh perempuan dari mengelola hasil tangkap nelayan, akan kesulitan berproduksi. Demikian juga perempuan pelaku usaha kopi, akan terancam dari krisis iklim yang menyebabkan menurunnya kualitas tanaman kopi dan bahkan gagal panen. Perempuan pengrajin tenun akan kesulitan mendapatkan bahan baku dan sulit berproduksi, jika hutan tempat mendapatkan bahan bakunya dirusak atau terjadi deforestasi.

3. Menggunakan atau Menciptakan Momentum

Efektifitas kampanye biasanya juga ditentukan oleh momentum yang tepat. Namun jangan sepenuhnya bergantung pada momentum, karena sesungguhnya kita juga dapat menciptakan momentum tersebut melalui kampanye yang dilakukan.

Sebagai contoh: pemilu 2024 bagi organisasi masyarakat sipil menjadi sebuah momentum yang strategis untuk menyuarakan krisis iklim dan pemilu dari kekuatan oligarki. Momentum ini harus kita tangkap dengan mendesain kampanye yang akan diingat oleh publik sampai masa pencoblosan di tempat pemungutan suara (TPS). Dari momentum ini, kita bisa merancang kampanye offline yang efektif, dan sekaligus membangun journeynya agar movementnya terus terjaga, bahkan melampui dari momentum itu sendiri.

kredit foto: Veri Sanovri/Greenpeace (2023)
https://drive.google.com/drive/folders/1ldkVBSimZJsBnOFBwWmfDd5VQQ2MeIYS

Hasil riset inilah yang kemudian menjadi materi kampanye yang disuarakan melalui aksiaksi offline. Perlahan tapi pasti, dari aksi-aksi muncul kesadaran publik yang besar, dan salah satunya karena isu ini sesungguhnya sangat relate dengan masyarakat, khususnya di perkotaan. Hingga akhirnya menggerakkan warga untuk menggugat polusi udara. Polusi udara dan sumber–sumber polusi kemudian menjadi percakapan dan bahkan memunculkan perdebatan di tengah publik yang semakin merasakan buruknya kualitas udara Jakarta.

4. Menjadi Saksi dari Krisis Iklim

Aksi/kampanye menjadi saksi langsung memiliki kekuatan yang efektif, terlebih kampanye ini dilakukan oleh orang yang memiliki pengalaman langsung dengan isu yang dikampanyekan. Dalam isu lingkungan hidup misalnya, kampanye dengan cara bearing witness di wilayahwilayah krisis, seperti di area kebakaran hutan dan lahan atau di wilayah pesisir yang tenggelam akibat krisis iklim.

https://drive.google.com/drive/folders/1ldkVBSimZJsBnOFBwWmfDd5VQQ2MeIYS
kredit foto: Aji Styawan/Greenpeace (2022)
ket Foto: kampanye Chasing the Shadow 2022

Kekuatan lain dari kampanye adalah ketika yang menyuarakan persoalan lingkungan hidup adalah masyarakat yang terdampak langsung. Tentu kita masih ingat dengan aksi Kartini Kendeng di depan istana yang memperjuangkan tanah dan airnya dari ancaman pembangunan pabrik semen. Aksi perempuan pejuang ini begitu kuat dan pada akhirnya mengajak publik luas untuk mendukung perjuangan petani Kendeng ini. Terlebih gerakan lingkungan hidup mencatat bahwa perempuan telah menorehkan sejarah besar bagi perjuangan mempertahankan bumi.

kredit foto: konde.co
Foto-foto aksi Kartini Kendeng dapat dilihat pada link ini
https://drive.google.com/drive/folders/1ldkVBSimZJsBnOFBwWmfDd5VQQ2MeIYS
https://www.konde.co/2016/04/rakyat-miskin-yang-terabaikan.html/

5. Pesan Aksi Kampanye yang Jelas

Pada kegiatan kampanye yang bertujuan untuk mengajak dukungan publik, kampanye iklim juga harus merumuskan pesan aksi yang jelas. Dari kampanye iklim yang kita suarakan, apa yang kita harapkan dari publik dari kampanye kita. Ada baiknya kita juga merancang pesan kampanye dan call to action yang jelas dimana publik dapat mendukung tujuan kampanye kita. Melalui kampanye yang kita rancang, publik yang menjadi aktor atau subjek dari perubahan itu sendiri.

https://drive.google.com/drive/folders/1ldkVBSimZJsBnOFBwWmfDd5VQQ2MeIYS
kredit foto: Kiky/Greenpeace (2023)
ket foto: Aksi Tim Cegah Api Greenpeace di Kalimantan, terkait kebakaran hutan dan lahan
gambut.

6. Inklusif dan Melibatkan Publik

Beberapa tahun terakhir, terinspirasi dari aksi yang dilakukan oleh Greta yang kemudian menggerakkan banyak anak muda untuk bergabung dan bahkan telah menjadi sebuah gerakan yang masif. Demikian juga dilakukan oleh anak muda di Indonesia, bagaimana mengemas aksi yang tidak eksklusif, tetapi mengundang individu-individu/komunitas yang ingin secara langsung bergabung dalam climate strike dan atau membuat aksi secara mandiri di masing-masing daerah/kota, melalui apa yang disebut dengan open campaign.
Penyelenggara aksi biasanya memberikan panduan aksi, berupa pesan kampanye, do and don’t nya dan mempublikasi melalui media sosial.

kredit foto: Afriadi Hikmal/Greenpeace (2019)
keterangan foto: Global Climate Strike di Jakarta 2019
https://drive.google.com/drive/folders/1ldkVBSimZJsBnOFBwWmfDd5VQQ2MeIYS

II. Kampanye yang Aman dan Etis

Kampanye yang aman dan etis dapat kita lihat pada dua aspek utama. Yang pertama, bagaimana substansi/materi yang kita kampanyekan aman dalam kaidah hukum dan norma sosial masyarakat, di antaranya:
• Tidak mengandung unsur SARA
• Tidak mengandung hate speech dan seksis
• Berbasiskan kepada data dan fakta

Namun kita juga tahu, dalam kurun beberapa tahun terakhir, masyarakat sipil di Indonesia juga mengalami tantangan demokrasi yang cukup berat dimana kita menghadapi shrinking civic space dan menurunnya kualitas demokrasi di satu sisi, dan sisi yang lain juga semakin menguatnya kekuatan oligarki. Sehingga kampanye yang kita lakukan berpotensi untuk mendapatkan serangan balik dari kelompok atau orang-orang yang terganggu dengan kampanye yang kita lakukan. Sehingga menjadi penting untuk merancang kampanye yang aman bagi aktivis-aktivisnya. 

Untuk ini, kita bisa menerapkan standard operational procedure (SOP) aksi yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing organisasi. Namun yang perlu ditekankan adalah keselamatan aktivis adalah hal yang utama dalam kegiatan kampanye yang dilakukan, khususnya jika aksi dilakukan pada lokasi yang berbahaya.