MODUL 4

Think Global, Act Local,Impact the Society

Verena Puspawardani

Penulis

LATAR BELAKANG

Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang tak terelakkan, dan Indonesia tidak bisa mengabaikan implikasi serius yang dibawanya. Sebagai negara yang terletak di wilayah tropis dengan ribuan pulau, Indonesia terkena dampak perubahan iklim secara signifikan. Buktibukti konkret perubahan cuaca ekstrem, kenaikan permukaan air laut, dan pola musim yang tidak stabil semakin meresahkan. Oleh karena itu, tindakan konkret dari tingkat internasional hingga lokal sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini.

Tingkat internasional adalah panggung utama karena negara-negara berkumpul untuk membahas kerja sama global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan melindungi lingkungan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan tingkat emisi yang signifikan, harus aktif dalam Konferensi Iklim PBB – konferensi tahunan yang diadakan sebagai pertemuan formal peserta United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang juga disebut Conference of the Parties (COP) – untuk berkomitmen pada target pengurangan emisi yang ambisius. Dalam skala regional, Indonesia memiliki tanggung jawab dengan negaranegara tetangga yang juga terdampak. Bersama dengan negara-negara ASEAN, Indonesia harus memimpin inisiatif dan kolaborasi regional dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

Namun, aksi yang paling berarti dan berdampak dalam menghadapi perubahan iklim terjadi di tingkat nasional dan lokal. Penyadaran iklim di seluruh masyarakat adalah kunci untuk mengubah kebijakan dan terutama perilaku. Peningkatan kesadaran tentang kontribusi rumah tangga dan individu terhadap perubahan iklim sangat penting. Yang paling jelas adalah perlunya manajemen sampah dan limbah sebagai bagian aspek penting pengurangan emisi dan perlindungan lingkungan. Indonesia perlu memperkuat tata kelola dan manajemen sampah dan limbah di seluruh negeri, termasuk pemahaman akan pentingnya mengurangi sampah, seperti mengurangi pemborosan makanan, guna ulang, pengelolaan sampah secara efisien, hingga daur ulang.

Dengan mengambil tindakan serius di tingkat internasional, regional, nasional, dan lokal, Indonesia dapat berkontribusi positif dalam upaya global untuk menghadapi perubahan iklim. Tidak hanya memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan keberlanjutan, tetapi juga perlindungan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang. Melalui tindakan yang simpel dan efektif, peningkatan kesadaran iklim, dan pengelolaan sampah dan limbah yang bijak, Indonesia berpeluang untuk memimpin penanggulangan perubahan iklim dan memastikan masa depan yang hijau dan sejahtera bagi semua warganya.

TUJUAN
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
  1. Apresiatif
  2. Interaktif
  3. Inklusif
  4. Fleksibel
  1. Paparan
  2. Tanya jawab untuk klarifikasi paparan
  3. Diskusi kelompok
    a. Refleksi
    b. Ideasi
    c. Gambaran aplikasi
  4. Presentasi Hasil Diskusi
  5. Umpan Balik dengan World Cafe
  6. Kesimpulan.
RINCIAN WAKTU
Durasi (menit) Kegiatan Metode Catatan
5 Konteks Pembicara memperkenalkan diri, memberikan konteks, penjelasan modul, tujuan, dan agenda.
10 Perkenalan Peserta diminta untuk mencari kesamaan dari peserta lain secara bergantian secara cepat dan berbagi ke kelas. Setiap peserta dibekali sticky notes dan spidol kecil Contoh kesamaan yang bisa dicari adalah: Hobi olahraga Bulan lahir Kemampuan bahasa Kemampuan bermain musik Kidal Tidak punya media sosial Warna favorit Binatang peliharaan Suka makanan pedas Gemar memasak Suka melukis/menggambar, dst.
5 Sesi Berbagi Peserta Sharing dari salah satu kelompok kecil. Kelompok sudah dibagi di sesi sebelumnya. Topik berbagi disesuaikan dengan tema.
15 Paparan Pemutaran video dan presentasi.
30 Diskusi Kelompok Peserta melakukan eksplorasi aksi-aksi kolektif yang sukses menurut mereka dan apa pembelajarannya yang relevan dengan organisasi masing-masing. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai jumlah peserta = 4 kelompok berisi 4 - 5 orang Tiap kelompok mengidentifikasi aksi kolektif yang sukses dan ditulis dalam metaplan Setiap metaplan direspon dengan pembelajaran kunci yang dapat diaplikasikan di organisasi masing-masing. Pembelajaran ditulis di metaplan dengan warna berbeda Setiap metaplan pembelajaran tadi direspon dengan ide aplikasi di organisasi masing-masing sesuai audiens yang menjadi target dan HOW-nya.
15 Berbagi Hasil Diskusi Respon balik Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang direspon oleh kelompok lain secara singkat dengan metode World Café
10 Kesimpulan Perwakilan kelompok menyampaikan hasil World Café. Pembicara merangkum hasil diskusi untuk dapat menjadi modalitas organisasi.
PERALATAN
LANGKAH-LANGKAH
Persiapan
Berjalannya kegiatan
  1. Konteks (5 menit)
    Tentang modul, tujuan, dan agenda
  2. Perkenalan (10 menit)
    a. Peserta dibelai sticky notes dan spidol kecil
    b. Pembicaraan menyiapkan lagu dengan timer selama 5 menit
    c. Peserta diminta mencari teman secara random dan kesamaan antara diri sendiri dan teman tersebut secara cepat @ 1 menit
    d. Total pencarian kesamaan dengan teman dilakukan selama 5 menit
    e. Peserta yang paling cepat dan terbanyak, dan yang terkecil, mendapatkan kesamaan dari peserta lain diminta untuk berbagi informasi apa saja yang didapatkannya
    f. Total berbagi dilakukan selama 5 menit
  3. Sesi berbagi (5 menit)
    a. Kelompok kecil sudah dibagi mengikuti sesi sebelumnya
    b. Salah satu kelompok kecil dapat berbagi sambil ajang latihan bagi peserta
    c. Topik berbagi sesuai sesi tema
  4. Paparan (15 menit)
    a. Outline materi paparan
    b. Video pendukung
  5. Diskusi kelompok (30 menit)
    a. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai jumlah peserta perwakilan organisasi: 
      i. ASPPUK 2 Kelompok
          1. Berisi 4 orang
          2. Berisi 3 orang
     ii. KRKP 2 Kelompok
         1. Berisi 5 orang
         2. Berisi 5 orang
    b. Narasumber akan memberikan panduan diskusi
    c. Setiap kelompok dibekali dengan kertas plano/kertas flip chart, metaplan dalam 4 warna, berbagai spidol, dan selotip kertas
    d. Setiap kelompok mengidentifikasi aksi kolektif yang pernah ada dan sukses menurut kategori dampak. Aksi kolektif tersebut ditulis dalam metaplan warna 1 secara singkat
    e. Setiap aksi yang berhasil diidentifikasi direspon dengan metaplan dengan warna 2 berisi poin utama yang didapat sebagai lesson learnt dan relevan dengan organisasi masing-masing
    f. Metaplan berisi poin utama tersebut direspon dengan ide aplikasi di organisasi masing-masing sesuai audiens yang menjadi target (di metaplan warna 3) + cara pengaplikasiannya (di metaplan warna 4)
    g. Prinsip diskusi menjawab urutan ini:
      i. Refleksi
     ii. Ideasi
    iii. Gambaran aplikasi
  6. Berbagi Hasil Diskusi (15 menit)
    a. Berbagi hasil diskusi ini dirancang untuk 4 kelompok @ 4 – 5 orang
    b. Setiap kelompok menunjuk narasumber yang berdiri di sisi kertas plano masing-masing
    c. Setiap orang dibekali sticky notes dan spidol untuk menuliskan komen
    d. Pembicara akan menentukan waktu untuk anggota kelompok yang tidak menjadi narasumber untuk bergerak ke kelompok lain searah jarum jam per 3 menit
  7. Kesimpulan (10 menit):
    a. Setiap narasumber memberikan kesimpulan dari hasil masukan kelompok lain @ 2 menit
    b. Pembicara menyimpulkan yang didapatkan oleh hasil diskusi. 
Struktur Paparan untuk Disampaikan dalam 15 menit

I. Aksi Kolektif Terkait Perubahan Iklim di Tingkat Internasional dan di Indonesia (3 Menit) Tren Terkini (1 Menit): Menyoroti satu atau dua tren utama di tingkat internasional dan Indonesia, seperti Kesepakatan Paris dan komitmen nasional.

  1. Karakteristik Global Perubahan Iklim: Perubahan iklim adalah masalah global yang tidak mengenal batas negara. Emisi gas rumah kaca satu negara dapat memengaruhi iklim di negara lain. Oleh karena itu, kerjasama internasional diperlukan untuk mengurangi emisi secara kolektif dan menghadapi dampak bersama.
  2. Skala Tindakan: Beberapa upaya untuk mengatasi perubahan iklim memerlukan sumber daya, teknologi, dan pengetahuan yang dapat diakses melalui kerjasama internasional. Skala tindakan yang diperlukan untuk mengurangi emisi dan melindungi lingkungan sangat besar.
  3. Kebijakan dan Regulasi: Kerjasama internasional diperlukan untuk menciptakan kerangka kerja regulasi global yang konsisten dan efektif, termasuk kesepakatan seperti Kesepakatan Paris. Hal ini membantu mengarahkan upaya nasional dan lokal.
  4. Penggerak Tindakan Lokal: Aksi kolektif di tingkat internasional dapat memotivasi dan memberikan dorongan bagi tindakan serupa di tingkat nasional, regional, dan lokal. Ini menciptakan efek domino positif yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif.
  5. Pengaruh Perubahan Iklim Lokal: Meskipun perubahan iklim adalah masalah global, dampaknya paling terasa di tingkat lokal. Oleh karena itu, tindakan kolektif di tingkat lokal penting untuk melindungi komunitas dan ekosistem lokal.

Dengan kata lain, aksi kolektif yang terkoordinasi dari tingkat internasional hingga ke lokal adalah kunci dalam upaya bersama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, memitigasi dampak perubahan iklim, dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan untuk planet kita.

Salah satu tren utama di tingkat internasional adalah Kesepakatan Paris (Paris Agreement). Kesepakatan ini, yang diadopsi pada Konferensi Iklim PBB (COP21) pada tahun 2015, mengikat hampir seluruh negara di dunia untuk berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengatasi perubahan iklim. Kesepakatan Paris bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius di atas level pra-industri dan berusaha mencapai kenaikan suhu sekitar 1,5 derajat Celsius. Hal ini menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya aksi kolektif global terkait perubahan iklim.

Di Indonesia, salah satu tren utama adalah Komitmen Nasional untuk Penurunan Emisi (Nationally Determined Contributions/NDCs). Indonesia telah menyusun NDCs yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mengembangkan energi terbarukan, meningkatkan keberlanjutan sektor kehutanan, dan mengadopsi langkah-langkah adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Komitmen ini mencerminkan upaya nasional dalam mendukung Kesepakatan Paris dan berkontribusi pada pengurangan emisi global.

Dua tren ini mencerminkan komitmen global dan nasional dalam menghadapi perubahan iklim melalui tindakan kolektif yang berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim.

Dampak Positif dan Negatif (2 Menit): Sekilas tentang dampak positif dan negatif aksi kolektif tersebut di Indonesia.

Dampak Positif Aksi Kolektif terkait Perubahan Iklim di Indonesia:

  1. Pengurangan Emisi: Aksi kolektif melalui komitmen nasional untuk penurunan emisi dapat membantu mengurangi kontribusi Indonesia terhadap perubahan iklim global, mengurangi risiko dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem yang lebih parah.
  2. Investasi Hijau: Inisiatif berkelanjutan dan komitmen terhadap energi terbarukan telah mengilhami investasi hijau di Indonesia, menciptakan peluang pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
  3. Ketahanan Terhadap Bencana: Upaya adaptasi dalam aksi kolektif dapat meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim, membantu mengurangi risiko bencana alam, dan melindungi komunitas yang lebih rentan.

Dampak Negatif Aksi Kolektif terkait Perubahan Iklim di Indonesia:

  1. Tantangan Ekonomi: Beberapa upaya untuk mengurangi emisi dan mendukung energi terbarukan dapat memiliki dampak ekonomi singkat, seperti perubahan dalam sektor energi dan penyesuaian bisnis.
  2. Kesulitan Implementasi: Implementasi aksi kolektif seringkali menghadapi hambatan birokrasi dan infrastruktur yang belum memadai, yang dapat memperlambat pencapaian tujuan dan komitmen.
  3. Pemahaman Publik yang Terbatas: Kesadaran dan pemahaman publik tentang pentingnya aksi kolektif terkadang terbatas, yang dapat menghambat dukungan masyarakat dan implementasi efektif dari komitmen nasional.

Meskipun ada tantangan, dampak positif jangka panjang dari aksi kolektif dalam menghadapi perubahan iklim di Indonesia, seperti pengurangan risiko perubahan iklim dan peralihan ke ekonomi berkelanjutan, diperkirakan akan lebih besar daripada dampak negatifnya. Oleh karena itu, upaya ini terus diperjuangkan untuk mencapai keberlanjutan dan melindungi lingkungan di Indonesia.

II. Kesadaran Iklim dan Design Thinking dalam Aksi Kolektif (2 Menit)
Pentingnya Kesadaran Iklim (1 Menit): Pembahasan singkat mengapa kesadaran iklim penting dan bagaimana itu dapat memotivasi tindakan.

Kesadaran iklim adalah pemahaman individu dan masyarakat tentang perubahan iklim dan dampaknya, serta pengakuan pentingnya tindakan untuk mengatasi masalah ini. Ini penting karena:

  1. Pemahaman tentang Dampak: Kesadaran iklim membantu orang memahami betapa seriusnya perubahan iklim dan dampaknya pada lingkungan, kehidupan sehari-hari, dan masa depan generasi mendatang.
  2. Motivasi untuk Tindakan: Dengan pemahaman yang mendalam tentang perubahan iklim, orang cenderung lebih termotivasi untuk mengambil tindakan. Mereka merasa terdorong untuk melindungi lingkungan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendukung kebijakan berkelanjutan.
  3. Pengaruh pada Keputusan: Kesadaran iklim dapat memengaruhi keputusan konsumen, pemilih, dan pemimpin politik. Ini dapat menciptakan permintaan untuk produk dan layanan berkelanjutan, serta mendorong perubahan kebijakan yang mendukung perlindungan lingkungan.
  4. Aksi Kolektif: Kesadaran iklim juga dapat memicu aksi kolektif. Ketika sejumlah besar orang sadar akan masalah ini, mereka dapat bergabung dalam gerakan dan inisiatif yang lebih besar untuk mengatasi perubahan iklim.

Dengan demikian, kesadaran iklim adalah pendorong utama aksi kolektif untuk menghadapi perubahan iklim, dan ini membantu menciptakan momentum positif dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Peran Design Thinking (1 Menit): Penjelasan singkat bagaimana pendekatan “design thinking” dapat membantu merancang solusi berkelanjutan.

Pendekatan “design thinking” adalah metode kreatif untuk merancang solusi berkelanjutan yang berfokus pada pemahaman mendalam terhadap masalah dan pengguna akhir. Ini dapat membantu merancang solusi berkelanjutan dengan cara berikut:

  1. Empati: Design thinking mengutamakan pemahaman mendalam terhadap pengguna akhir dan masalah yang dihadapinya. Ini melibatkan wawancara, observasi, dan penelitian yang mendalam untuk memahami kebutuhan, harapan, dan pengalaman pengguna. Dengan pemahaman yang kuat ini, solusi dapat dirancang untuk secara akurat memenuhi kebutuhan pengguna.
  2. Definisi Masalah: Pendekatan ini menekankan pengertian yang jelas tentang masalah yang ingin diselesaikan. Dengan merinci masalah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, solusi berkelanjutan dapat dirancang dengan lebih tepat dan fokus.
  3. Ideasi Kreatif: Design thinking mendorong generasi beragam ide kreatif untuk mengatasi masalah. Ini melibatkan sesi brainstorming yang intens, penggunaan teknik visual seperti mood board, dan berbagai pendekatan kreatif lainnya. Ide-ide ini kemudian dapat diidentifikasi dan digabungkan menjadi solusi yang lebih baik.
  4. Prototipe dan Uji Coba: Solusi yang dirancang dengan pendekatan design thinking seringkali diuji dalam bentuk prototipe atau model awal. Ini memungkinkan pengujian konsep secara nyata dan memberikan umpan balik dari pengguna akhir. Pengujian ini membantu mengidentifikasi kelemahan dan memperbaiki solusi sebelum implementasi penuh.
  5. Iterasi: Design thinking menganggap bahwa desain solusi adalah proses yang terus berlanjut. Setelah implementasi awal, pendekatan ini mendorong pengumpulan data dan umpan balik dari pengguna untuk terus meningkatkan dan mengembangkan solusi berkelanjutan.

Secara keseluruhan, pendekatan “design thinking” memungkinkan tim untuk merancang solusi berkelanjutan yang lebih inovatif, relevan, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna akhir. Ini membantu mewujudkan solusi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kompleks seperti perubahan iklim dan berkelanjutan.

III. Contoh Aksi Pengelolaan Sampah dan Limbah (2 Menit)
Aksi di Tingkat Individu (2 Menit): Menyampaikan satu atau dua contoh konkret tindakan yang dapat diambil oleh individu dalam pengelolaan sampah dan limbah di rumah tangga mereka.

Pakai Ulang: Salah satu tindakan konkret yang dapat diambil oleh individu adalah mengadopsi kebiasaan “pakai ulang.” Ini melibatkan penggunaan kembali produk dan wadah untuk mengurangi limbah di rumah tangga. Contohnya, menggunakan botol minum berulang daripada botol air sekali pakai atau membawa tas belanjaan kain daripada kantong plastik sekali pakai. Dengan mengurangi penggunaan produk sekali pakai, individu dapat mengurangi limbah dan konsumsi sumber daya yang berkontribusi pada perubahan iklim.

Komposting: Komposting adalah cara lain yang dapat diadopsi individu untuk mengurangi limbah organik di rumah tangga. Dengan mengompos sisa-sisa makanan dan limbah organik lainnya, individu dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah, yang mendukung pertanian berkelanjutan dan mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia. Ini juga membantu dalam mengurangi emisi metana yang dihasilkan oleh pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah.

Tindakan-tindakan ini, yang relatif mudah diimplementasikan di rumah tangga, dapat memiliki dampak positif dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui pengurangan emisi dan penggunaan sumber daya yang lebih efisien.

IV. Aksi Kolektif dari Organisasi Masing-Masing (2 Menit)
Kontribusi Organisasi (2 Menit): Bagaimana organisasi dapat berperan dalam mendorong aksi kolektif, dengan contoh atau ilustrasi singkat.

Beberapa contoh konkret tindakan yang dapat diambil oleh organisasi masyarakat sipil dalam upaya mereka untuk berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim:

  1. Kampanye Kesadaran Iklim: Organisasi dapat mengorganisir kampanye kesadaran iklim yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perubahan iklim dan dampaknya. Ini dapat melibatkan penyuluhan, seminar, konferensi, atau kampanye media sosial yang bertujuan untuk memotivasi tindakan berkelanjutan.
  2. Pendanaan Proyek Hijau: Organisasi dapat mendukung atau menginisiasi proyek-proyek berkelanjutan, seperti proyek energi terbarukan atau program penanaman pohon. Ini dapat dilakukan melalui pendanaan langsung atau kerja sama dengan lembaga-lembaga yang berfokus pada lingkungan.
  3. Advokasi Kebijakan Lingkungan: Organisasi dapat melakukan advokasi untuk perubahan kebijakan lingkungan di tingkat pemerintah, baik lokal maupun nasional. Mereka dapat bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mendorong regulasi yang lebih ketat terkait emisi gas rumah kaca, pengelolaan sampah, atau energi terbarukan.
  4. Pendidikan Lingkungan: Organisasi dapat menyelenggarakan program pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah dan komunitas untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dan dewasa tentang perubahan iklim serta cara mengambil tindakan yang berkelanjutan.
  5. Promosi Penggunaan Transportasi Ramah Lingkungan: Jika memungkinkan, organisasi dapat mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan di antara anggotanya, seperti carpooling, bersepeda, atau penggunaan kendaraan listrik.
  6. Monitoring dan Pelaporan Lingkungan: Organisasi dapat terlibat dalam pemantauan dan pelaporan aktivitas yang berdampak pada lingkungan. Misalnya, mereka dapat memantau kualitas air atau udara, atau mengumpulkan data tentang perilaku konsumen terkait produk yang berkelanjutan.
  7. Kerja sama dengan Organisasi Lingkungan Lainnya: Organisasi masyarakat sipil dapat menjalin kemitraan dengan organisasi lingkungan lainnya untuk meningkatkan dampak kerja mereka secara kolektif.
  8. Pengurangan Jejak Karbon Organisasi: Organisasi dapat mengevaluasi dan mengurangi jejak karbon mereka sendiri dengan mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan dalam operasi mereka, seperti penggunaan energi terbarukan atau pengurangan pemakaian kertas.

Tindakan-tindakan ini membantu organisasi masyarakat sipil berperan aktif dalam mengatasi perubahan iklim dan memberikan contoh positif dalam mendorong tindakan berkelanjutan di masyarakat.

V. Perencanaan dalam Membangun Aksi Kolektif (2 Menit)
Langkah-langkah Perencanaan (2 Menit): Langkah-langkah kunci yang dibutuhkan oleh organisasi dalam merencanakan aksi kolektif yang efektif.

Merencanakan aksi kolektif yang efektif memerlukan perencanaan yang matang dan strategis. Berikut adalah langkah-langkah kunci yang dibutuhkan oleh organisasi untuk merencanakan aksi kolektif yang efektif dalam konteks perubahan iklim:

  1. Identifikasi Tujuan dan Sasaran yang Jelas: Tentukan dengan jelas apa yang ingin dicapai oleh aksi kolektif tersebut. Identifikasi tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek yang dapat diukur untuk mengukur keberhasilan.
  2. Analisis Kebutuhan dan Tantangan: Lakukan analisis terhadap masalah yang ingin diatasi. Identifikasi kendala, hambatan, dan peluang yang mungkin timbul selama pelaksanaan.
  3. Penentuan Pendekatan dan Strategi: Pilih pendekatan dan strategi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran. Pertimbangkan apakah pendekatan yang paling efektif adalah melalui pendidikan masyarakat, advokasi kebijakan, proyek konkrit, atau kombinasi dari semuanya.
  4. Pengembangan Rencana Tindakan: Buat rencana tindakan yang rinci yang mencakup langkah-langkah konkret yang perlu diambil, siapa yang bertanggung jawab, jadwal pelaksanaan, dan sumber daya yang diperlukan.
  5. Pengumpulan Sumber Daya: Identifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana tindakan, termasuk dana, personel, fasilitas, dan mitra potensial. Buat rencana untuk mengakses sumber daya ini.
  6. Pengukuran dan Evaluasi: Tetapkan indikator kinerja yang dapat diukur untuk mengevaluasi kemajuan aksi kolektif. Atur sistem pemantauan yang memungkinkan pengukuran berkala dan evaluasi terhadap tujuan dan sasaran.
  7. Komitmen dan Keterlibatan Pihak Terkait: Dalam banyak kasus, aksi kolektif melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pastikan ada komitmen dan keterlibatan aktif dari semua pihak terkait, termasuk anggota organisasi, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
  8. Komunikasi dan Kampanye: Buat strategi komunikasi yang efektif untuk menginformasikan masyarakat tentang aksi kolektif dan membangun dukungan publik. Kampanye komunikasi dapat membantu meningkatkan kesadaran dan partisipasi.
  9. Pengukuran dan Pelaporan Kemajuan: Rutin ukur kemajuan dan pelaporan hasil kepada pemangku kepentingan. Ini membantu menjaga akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan aksi kolektif.
  10. Adaptasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Selama pelaksanaan, tetaplah terbuka terhadap perubahan dan perbaikan dalam rencana aksi. Pelajari dari pengalaman, evaluasi, dan umpan balik, dan siap untuk menyesuaikan strategi jika diperlukan.

Langkah-langkah ini membantu organisasi merencanakan aksi kolektif yang efektif, mengukur dampaknya, dan memastikan bahwa upaya mereka berkontribusi pada penanganan perubahan iklim dengan cara yang positif dan berkelanjutan.

VI. Kesimpulan dan Tindakan Selanjutnya (2 Menit)
Ringkasan (1 Menit): Merangkum poin-poin utama dalam paparan.
Tindakan Selanjutnya (1 Menit): Mendorong peserta untuk mengambil tindakan konkret berdasarkan informasi yang telah mereka pelajari.

Dengan fokus pada poin-poin utama dan menjalankan presentasi dengan cepat dan efisien, kita dapat menjalankan paparan ini dalam waktu 15 menit. Pastikan untuk menyampaikan pesan utama dan menarik minat peserta untuk mencari informasi lebih lanjut jika mereka tertarik pada topik tersebut.